Stadion Bukit Jalil, 26 Desember 2010...
Indonesia kalah telak 0-3 dari Malaysia. Usia pertandingan, salah seorang penonton tampak keluar dari stadion. Ia memunguti bendera dwiwarna yang bertebar di jalanan. Dengan penuh rasa sayang, dibersihkan Sang Merah-Putih yang kena bercak kotoran. Penonton itu, almarhum Rindra Sujiwa Putra, putra Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo.
Ia salah satu saksi perjuangan tim nasional di Kuala Lumpur, dua tahun silam. Rindra kini telah berpulang ke pangkuan Ilahi. Namun memori tentang dia yang membersihkan bendera di Bukit Jalil pasti akan menghangatkan semangat juang kesebelasan nasional yang malam nanti, kembali bertanding melawan tuan rumah.
Skuad yang diracik Nilmaizar memiliki materi pas-pasan. Persiapan pun kurang maksimal dilakoni jelang bergulirnya turnamen antarnegara se-Asia Tenggara ini. Di laga awal, beban berat itu terus menggelayuti para pemain, hingga hanya mampu bermain seri 2-2 dengan Laos.
Partai kedua menghadapi Singapura tak kalah mencemaskan. Sebelum Irwan bek kiri The Lions dikartumerahkan di menit 65, kesulitan paling serius Irfan Bachdim dkk ialah menyudahi peluang di mulut gawang.
Absennya si menara di jantung pertahanan, Wahyu Wijiastanto, tentu berpengaruh besar bagi lini belakang. Valentino Telaubun atau Nopendi jadi prioritas pilihan pengganti, tapi keduanya minim pengalaman internasional. Alternatif lain dapat dipertimbangkan, yakni menggeser Raphael Maitimo ke posisi yang ditinggalkan Wijiastanto. Valen atau Nopen saja yang berjaga di sektor bek kanan.
Tapi menilik titik ini, serangan dari sayap kiri Malaysia tampaknya akan kencang. Karena di sana, Kunanlan Subramaniam dan Safiq Rahim cukup serasi berpadu bahu-membahu menerobos masuk, untuk melontarkan umpan silang.
Sebaliknya di kiri, niscaya tersaji duel menarik satu lawan satu, antara Novan Setya versus Wan Zack Haikal. Novan harus mempertahankan penampilannya yang konstan seperti saat menghadapi Singapura. Bila tidak, Wan Zack dibantu Noorshahrul Idlan Talaha akan leluasa mencecar sektor ini.
Sementara di sentral lapangan, peran kunci Taufiq menjadi mata panah krusial bagi tim nasional Indonesia. Busurnya terdiri dari akselerasi para gelandang diimbangi kematangan menjaga teritorial oleh lini belakang.
Taufiq harus bertindak jadi konduktor yang mengayunkan tongkat ritme permainan. Ia tak perlu memaksakan tempo cepat kalau akibatnya keseimbangan tim porak-poranda dikacaukan agresitivitas serangan balik Harimau Malaya yang mengandalkan fast-break mirip permainan bola basket.
Kedalaman pertahanan pun penting digalang oleh Fachruddin cs. Bila tim hilang bola, kuartet empat belakang tidak usah mundur terlalu jauh. Tujuannya, supaya garis imajiner perangkap off-side tetap berada dalam radius yang lebih panjang.
Sementara momen adu-sprint dengan striker lawan tetap perlu dicermati. Sebab senjata tajam anak asuh Rajagobal berbentuk kecepatan duet Safee Sali dan Idlan Talaha sering menusuk secara langsung, efeknya amat mematikan jantung pertahanan lawan-lawan mereka.
Sekarang, urusan menyerang. Buanglah jauh-jauh kebiasaan mengumpan panjang yang terburu-buru dan mengirim bola kosong tak tepat sasaran secara tergesa-gesa jauh ke depan.
Rahmat Syamsuddin boleh dicoba lagi. Penopangnya, Vendry Mofu, mesti lebih sabar agar alur umpan lebih efektif dan dinamis untuk menekan pertahanan, khususnya di kawasan yang ditempati muka baru, Aidil Zafuan Razak.
Tempo lambat dan umpan pendek kunci sukses Indonesia. Kesebelasan nasional kita menjalin kebersamaan yang apik dengan bermain kompak. Kekompakan itu ditampilkan ketika menggulung tim Negeri Singa. Tiket ke semifinal sudah tergenggam erat dalam setengah jalan karena di klasemen sementara Grup B kita memuncaki posisi nomor satu.
Setelah peluit kick-off ditiupkan, para pemain niscaya bertanding dengan penuh semangat juang dan berani mati di lapangan. Memori Rindra yang tak mau melihat bendera Merah-Putih dikotori noda harus tertanam dalam sanubari seluruh anak bangsa Indonesia.
Indonesia kalah telak 0-3 dari Malaysia. Usia pertandingan, salah seorang penonton tampak keluar dari stadion. Ia memunguti bendera dwiwarna yang bertebar di jalanan. Dengan penuh rasa sayang, dibersihkan Sang Merah-Putih yang kena bercak kotoran. Penonton itu, almarhum Rindra Sujiwa Putra, putra Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo.
Ia salah satu saksi perjuangan tim nasional di Kuala Lumpur, dua tahun silam. Rindra kini telah berpulang ke pangkuan Ilahi. Namun memori tentang dia yang membersihkan bendera di Bukit Jalil pasti akan menghangatkan semangat juang kesebelasan nasional yang malam nanti, kembali bertanding melawan tuan rumah.
Skuad yang diracik Nilmaizar memiliki materi pas-pasan. Persiapan pun kurang maksimal dilakoni jelang bergulirnya turnamen antarnegara se-Asia Tenggara ini. Di laga awal, beban berat itu terus menggelayuti para pemain, hingga hanya mampu bermain seri 2-2 dengan Laos.
Partai kedua menghadapi Singapura tak kalah mencemaskan. Sebelum Irwan bek kiri The Lions dikartumerahkan di menit 65, kesulitan paling serius Irfan Bachdim dkk ialah menyudahi peluang di mulut gawang.
Absennya si menara di jantung pertahanan, Wahyu Wijiastanto, tentu berpengaruh besar bagi lini belakang. Valentino Telaubun atau Nopendi jadi prioritas pilihan pengganti, tapi keduanya minim pengalaman internasional. Alternatif lain dapat dipertimbangkan, yakni menggeser Raphael Maitimo ke posisi yang ditinggalkan Wijiastanto. Valen atau Nopen saja yang berjaga di sektor bek kanan.
Tapi menilik titik ini, serangan dari sayap kiri Malaysia tampaknya akan kencang. Karena di sana, Kunanlan Subramaniam dan Safiq Rahim cukup serasi berpadu bahu-membahu menerobos masuk, untuk melontarkan umpan silang.
Sebaliknya di kiri, niscaya tersaji duel menarik satu lawan satu, antara Novan Setya versus Wan Zack Haikal. Novan harus mempertahankan penampilannya yang konstan seperti saat menghadapi Singapura. Bila tidak, Wan Zack dibantu Noorshahrul Idlan Talaha akan leluasa mencecar sektor ini.
Sementara di sentral lapangan, peran kunci Taufiq menjadi mata panah krusial bagi tim nasional Indonesia. Busurnya terdiri dari akselerasi para gelandang diimbangi kematangan menjaga teritorial oleh lini belakang.
Taufiq harus bertindak jadi konduktor yang mengayunkan tongkat ritme permainan. Ia tak perlu memaksakan tempo cepat kalau akibatnya keseimbangan tim porak-poranda dikacaukan agresitivitas serangan balik Harimau Malaya yang mengandalkan fast-break mirip permainan bola basket.
Kedalaman pertahanan pun penting digalang oleh Fachruddin cs. Bila tim hilang bola, kuartet empat belakang tidak usah mundur terlalu jauh. Tujuannya, supaya garis imajiner perangkap off-side tetap berada dalam radius yang lebih panjang.
Sementara momen adu-sprint dengan striker lawan tetap perlu dicermati. Sebab senjata tajam anak asuh Rajagobal berbentuk kecepatan duet Safee Sali dan Idlan Talaha sering menusuk secara langsung, efeknya amat mematikan jantung pertahanan lawan-lawan mereka.
Sekarang, urusan menyerang. Buanglah jauh-jauh kebiasaan mengumpan panjang yang terburu-buru dan mengirim bola kosong tak tepat sasaran secara tergesa-gesa jauh ke depan.
Rahmat Syamsuddin boleh dicoba lagi. Penopangnya, Vendry Mofu, mesti lebih sabar agar alur umpan lebih efektif dan dinamis untuk menekan pertahanan, khususnya di kawasan yang ditempati muka baru, Aidil Zafuan Razak.
Tempo lambat dan umpan pendek kunci sukses Indonesia. Kesebelasan nasional kita menjalin kebersamaan yang apik dengan bermain kompak. Kekompakan itu ditampilkan ketika menggulung tim Negeri Singa. Tiket ke semifinal sudah tergenggam erat dalam setengah jalan karena di klasemen sementara Grup B kita memuncaki posisi nomor satu.
Setelah peluit kick-off ditiupkan, para pemain niscaya bertanding dengan penuh semangat juang dan berani mati di lapangan. Memori Rindra yang tak mau melihat bendera Merah-Putih dikotori noda harus tertanam dalam sanubari seluruh anak bangsa Indonesia.
sumber : detik.com
No comments:
Post a Comment