Jakarta - Ketua Badan Pelaksana dan Pengelola
Masjid Istiqlal (BPPMI), Mubarok, merespon positif rencana pembangunan
instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
Instalasi ini akan dibangun di Masjid Istiqlal oleh Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia yang bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup Korea.
"Kami sangat mendukung serta memfasilitasi rencana yang telah digagas Kementerian Lingkungan Hidup tersebut," ucap Mubarok kepada detikcom di Masjid Istiqlal, Senin (3/12/2012).
Dia mengaku tidak mempersoalkan daur ulang sisa air wudhu untuk digunakan kembali. Menurut Mubarok, dalam proses pengolahan air telah terjadi pembersihan yang mengubah kondisi air kotor menjadi air baru dan bersih.
"Syarat air wudhu adalah suci dan mensucikan. Kita tidak mempersoalkan, karena ada teknologi yang mengolahnya," tambah Mubarok.
Disamping itu, menurutnya, selama ini masyarakat Jakarta juga mayoritas menggunakan air hasil pengolahan untuk kehidupan sehari-hari. Sehingga hal tersebut bukan lagi menjadi masalah.
"Pusat penjernihan di Pejompongan itu air bakunya dari mana? Itu kan dari sungai, malah lebih parah," tegasnya.
Meskipun demikian, dia tidak menampik kemungkinan untuk meminta pendapat dari para ahli maupun kyai. Volume penggunaan air di Masjid Istiqlal sangat besar, karenanya daur ulang air akan menghemat penggunaan air di lingkungan masjid.
"Kalau untuk wudhu, 1 orang kira-kira habis 5 liter. Dalam 1 hari ada sekitar 5 ribu pengunjung. Bisa dibayangkan berapa yang dihabiskan? Belum lagi jika hari raya, pengunjung mencapai 200 ribu," pungkasnya.
Instalasi ini akan dibangun di Masjid Istiqlal oleh Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia yang bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup Korea.
"Kami sangat mendukung serta memfasilitasi rencana yang telah digagas Kementerian Lingkungan Hidup tersebut," ucap Mubarok kepada detikcom di Masjid Istiqlal, Senin (3/12/2012).
Dia mengaku tidak mempersoalkan daur ulang sisa air wudhu untuk digunakan kembali. Menurut Mubarok, dalam proses pengolahan air telah terjadi pembersihan yang mengubah kondisi air kotor menjadi air baru dan bersih.
"Syarat air wudhu adalah suci dan mensucikan. Kita tidak mempersoalkan, karena ada teknologi yang mengolahnya," tambah Mubarok.
Disamping itu, menurutnya, selama ini masyarakat Jakarta juga mayoritas menggunakan air hasil pengolahan untuk kehidupan sehari-hari. Sehingga hal tersebut bukan lagi menjadi masalah.
"Pusat penjernihan di Pejompongan itu air bakunya dari mana? Itu kan dari sungai, malah lebih parah," tegasnya.
Meskipun demikian, dia tidak menampik kemungkinan untuk meminta pendapat dari para ahli maupun kyai. Volume penggunaan air di Masjid Istiqlal sangat besar, karenanya daur ulang air akan menghemat penggunaan air di lingkungan masjid.
"Kalau untuk wudhu, 1 orang kira-kira habis 5 liter. Dalam 1 hari ada sekitar 5 ribu pengunjung. Bisa dibayangkan berapa yang dihabiskan? Belum lagi jika hari raya, pengunjung mencapai 200 ribu," pungkasnya.
sumber : detik.com
No comments:
Post a Comment